AWAS!! Bangsa Indonesia Bisa Jadi Korban Perang Modern


Di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin modern dan canggih, rakyat Indonesia, khususnya kaum muda, perlu waspada. Pasalnya, perkembangan penyebaran informasi melalui media sosial misalnya, di satu sisi berpotensi meracuni dan merusak pikiran generasi muda.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Ahmad Basarah dalam ajang Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan Metode Pendidikan Bela Negara di Hotel Aryaduta, Tangerang, Banten, Jumat (19/2/2016).
[next]
Ia mengamati, konten berita dan informasi yang disebarkan melalui perusahaan teknologi informasi dunia, maupun yang diunggah orang-orang dan kelompok banyak mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai Pancasila.

"Saya mensinyalir ada upaya sistematis untuk menghancurkan bangsa Indonesia dengan cara memasukan nilai-nilai kebudayaan asing kepada generasi muda melalui teknologi informasi tersebut," tutur Basarah di depan 100 Resimen Mahasiswa (Menwa) dari 19 perguruan tinggi di Jakarta.

Ketua Fraksi PDIP di MPR RI ini menyebut keadaan tersebut sebagai perang modern.
[next]
"Perang modern adalah perang yang tidak dapat dikenali namun dampaknya dapat kita rasakan. Salah satu modusnya adalah melalui pembentukan tata nilai dunia yang bersifat universal atau transnasional dengan basis paham individualisme dan liberalisme," kata ia.

Rakyat perlu waspada, karena menurut Basarah, bangsa Indonesia sedang menjadi objek perang modern. Upayanya dilakukan mulai dari penghapusan memori kolektif tentang sejarah dan nilai luhur bangsa.

Bila lengah, kaum muda bisa saja menjadi korban propaganda yang mencari celah kekurangan nilai-nilai yang diwariskan para pendiri bangsa. Akibatnya, rasa nasionalisme luntur dan bangsa kehilangan identitasnya.
[next]
Mengantisipasi terjadinya hal itu, Basarah memaparkan kembali nilai-nilai dasar kebangsaan, yakni Pancasila, agar generasi muda punya pemahaman yang sama akan setiap butirnya. Selain itu ia juga menguraikan sejarah panjang perumusan Pancasila oleh BPUPK.

Usaha keras MPR menanamkan kembali Pancasila di pikiran generasi muda kadang mendapat tudingan indoktrinasi Pancasila, seperti yang pernah terjadi di masa lalu. Namun Basarah mengaku MPR "tutup kuping" terhadap tudingan itu.

"MPR tutup kuping terhadap pandangan orang tentang indoktrinasi Pancasila. Karena memang Pancasila mau ditanamkan agar semua rakyat mempunyai pemahaman yang sama. Kalau masing-masing pemahamannya berbeda, ini bisa condong menjadi liberal," tutur Basarah.

Sumber :  Kompas.com
Penulis: advertorial
Editor: advertorial

Bagaimana pendapat anda?